Kamis, 29 Juli 2010

Pentingnya Musik sebagai Media Komunikasi dalam Ibadah
















NAMA                       :  Reymon H. Situmeang
NIM                            :  06.2186
---
MUSIK DALAM PERIBADAHAN
(Studi Kasus di Gereja HKBP Ressort Marihat II)

I.                   Pendahuluan
1.1. Pengertian dan Etimologi Musik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik diartikan sebagai ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Pengertian ini diperjelas lagi, yaitu nada atau suara yang disusun sedemikian rupa, sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan, terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi suara itu.[1]
Secara etimologi, istilah musik pertama kali berasal dari bahasa Yunani, yaitu “mousike”. Kata ini erat kaitannya dengan kepercayaan Yunani kuno yaitu tentang seorang dewa bernama Mousa. Dewa Mousa bertugas sebagai pemimpin kesenian dan ilmu. Sebagai pemimpin kesenian maka tugasnya adalah membawakan lagu-lagu pujian untuk menghibur hati orang banyak.[2] Dari nama dewa tersebut kemudian diadaptasikan menjadi kata musik (Inggris: Music), yang selanjutnya diartikan sebagai cetusan ekspresi dari perasaan, pikiran manusia, pengalaman hidupnya, yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Sedangkan istilah musik yang digunakan dalam liturgi Gereja ialah musik liturgi atau musik Gereja atau dalam bahasa latin disebut musica ecclestiastica. Musik gereja juga sering disebut musica sacra (musik yang sakral atau suci).[3]

1.2. Latar Belakang
Musik merupakan salah satu dari sesuatu yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, baik jasmani maupun rohaninya. Musik dapat mengungkapkan perasaan dari seseorang yang mendengarnya, baik dalam mengungkapkan perasaan yang bahagia maupun perasaan yang sedih. Istilah musik berasal dari bahasa Yunani yaitu μουσικε (mousike) yang berarti seni merenung atau berpikir. Istilah musik ini diambil dari nama dewa zaman purba yang terdapat pada mitologi Yunani yaitu dewa Mouso yang memimpin seni dan ilmu musik[4]. Di dalam musik terdapat unsur-unsur yang dikandungnya yaitu irama, melodi dan harmoninya. Musik dibagi dalam dua bagian yaitu musik vokal yang menggunakan sarana bantu pita suara dan musik instrumental menggunakan sarana bantu alat musik[5]. Tidak hanya sampai di sini, penyaji juga melihat bahwa musik juga sangat berpengaruh dalam kegiatan rohani seperti ibadah. Ibadah yang dimaksud ialah kegiatan yang mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja kepada Allah sang Pencipta[6]. Dalam hal ini, musik yang dimaksud adalah musik instrumental yang menggunakan alat bantu seperti organ, keyboard dan piano. Oleh karena itu, gereja dalam mewujudkan tujuannya di dunia ini memerlukan peranan musik di dalam ibadah.
            Di dalam ibadah, jemaat memuji dan memuliakan nama Tuhan melalui puji-pujian dan nyanyian. Oleh sebab itu, musik memiliki peranan yang penting yang dapat membantu jemaat lebih meresapi dan menghayati jiwanya dalam memuji dan memuliakan nama Tuhan.







2. Deskripsi
2.1. Studi Kasus
1. Musik yang Monoton di Gereja Marihat
2. Respon Jemaat tentang Musik di Gereja Marihat
3. Para pelayan yang tidak peduli dengan musik

3. Rumusan Masalah
3.1. Musik yang Monoton
Alat musik yang digunakan di gereja Marihat adalah keyboard. Karena keyboard lebih memadai daripada organ biasa. Namun, setelah digunakan ternyata masih sama dengan pemakaian organ biasa pada dulunya, sehingga jemaat mengeluh dengan mengatakan kalau pelayan di gereja Marihat khususnya bagian musik dalam kebaktian kurang diperhatikan. Dalam hal ini penyaji juga menanyakan kepada Pendeta Ressort mengapa hal ini tidak ditindaklanjuti. Pendeta Ressort hanya mengatakan kalau memang tidak ada lagi yang mempunyai bakat dalam keyboard. Namun jauh sebelumnya, penyaji pernah memperhatikan kalau ada remaja yang pernah memainkan keyboard tersebut. Dalam hal ini penyaji juga mempertegas kepada Pendeta Ressort bahwa adanya cikal bakal yang akan memainkan keyboard tersebut supaya nantinya musik yang didengar oleh jemaat tidak lagi monoton. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bahwa musik juga mempengaruhi proses berjalannya ibadah yang dilakukan setiap minggunya.

3.2. Musik dan Respon Jemaat
Kasus yang kedua yang penyaji perhatikan adalah ketika musik sudah dimainkan, pemain musik tidak memperhatikan cepat,lambat, dan gaya lagu yang tertera pada judul lagu yang akan dinyanyikan. Sehingga jemaat ada yang tidak bisa mengikuti dengan baik lagu yang akan dinyanyikan. Waktu musik mengiringi jemaat bernyanyi, yang terdengar bukan lagi suara jemaat, tetapi organ yang volume yang sangat kuat dan tidak beraturan. Jemaat pun merasa terganggu dan terusik, sehingga acara kebaktian tidak seperti yang diharapkan oleh jemaat.


3.3. Para Pelayan yang tidak peduli dengan Musik
Dalam hal ini penyaji memperhatikan sudah hampir 2 tahun terutama dalam pelayanan tentang musik dalam setiap kebaktian di Gereja Marihat sangat jauh dari yang diharapkan. Hal ini penyaji perhatikan dalam penelitian terakhir ini secara berturut-turut dalam setiap kebaktian yang akhirnya membuat jemaat tidak kondusif dalam setiap ibadah. penyaji sudah pernah melayani dalam bidang musik di Gereja Marihat, namun ketika penyaji tidak datang pada minggu-minggu berikutnya, jemaat pernah menceritakan tentang kebaktian minggu yang lalu yang akhirnya membuat acara kebaktian tidak baik. Setelah penyaji tanyakan kepada Pendeta dan Guru Jemaat yang ada di Gereja Marihat tentang kejadian tersebut, Pendeta dan Guru Jemaat dari Gereja tersebut bahkan membalikkan pertanyaan tersebut kepada penyaji sendiri dengan perkataan, “ kan ada kamu”. Dari jawaban tersebut maka penyaji menanyakan, bagaimana jika aku tidak pernah lagi datang ke sini lagi?, dan dijawab dengan satu kalimat saja “ kita lihat saja nanti”.

Ketiga kasus di atas yang akan dibahas dalam Seminar yang berjudul  “Pentingnya musik dalam Kebaktian”.

4. Pembahasan
Teologi Musik dalam Kebaktian
Telah kita ketahui bahwa di dalam liturgi gereja-gereja Kristen beraliran Lutheran, nyanyian dan musik memegang peranan penting. Dengan demikian ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan untuk dapat mengerti teologi nyanyian dan musik yang dipahami oleh gereja Lutheran, yaitu:[7]
1.      Musik adalah suatu pemberian Ilahi.
Secara teologis, musik merupakan pemberian Ilahi. Sama seperti alam semesta adalah ciptaan Tuhan, maka musik juga adalah ciptaan Tuhan melalui orang-orang yang menemukannya. Melaui pemahaman ini maka musik bersahabat dengan ciptaan (pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, Ayub 38:7). Pemberian ini menemani pemberian Illahi yang paling tinggi, yaitu iman.
2.      Musik ditahbiskan dan disucikan untuk digunakan di dalam gereja.
Pada waktu dasar Bait Suci Tuhan diletakkan oleh tukang-tukang bangunan, maka tampillah para imam dengan memakai pakaian jabatan dan membawa nafiri, dan orang-orang Lewi, bani Asaf, dengan membawa ceracap, untuk memuji-muji Tuhan, menurut petunjuk Daud, raja Israel. Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi Tuhan nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji Tuhan, oleh karena dasar rumah Tuhan telah diletakkan (Ezra 3: 10-11).
3.      Musik mengajarkan doktrin kepada gereja.
Dalam nyanyian dan musik terdapat pemebritaan Firman. Setiap nyanyian pasti mengandung pengakuan iman, sehingga mengajarkan pemahaman terhadap orang yang menyanyikannya dan kepada orang yang mendengarkannya. (Kolose 3: 16; Ulangan 31: 19).
4.      Musik mengandung pengakuan iman.
Musik membantu ingatan gereja dalam mengingat apa yang  Tuhan  telah perbuat. Hal ini adalah suatu yang penting, alasan kuat dari proklamasi gereja untuk setiap orang.
5.      Musik ialah tanggapan lahiriah terhadap rasa syukur dan pujian kepada Tuhan.
Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi (Mazmur 147:7). Objek dari pujian dan ucapan syukur ini selalu kepada Tuhan bukan kepada manusia.
6.      Musik menyembuhkan, menenangkan, dan menghalau setan.
Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya (I Samuel 16: 23). Mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani menghibur dan memperkuat orang percaya pada waktu percobaan. Hal yang sama terjadi pada kisah Paulus dan Silas. “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka” (Kisah Para Rasul 16: 25).
7.      Musik di dalam gereja hendaknnya dipimpin oleh orang yang trampil.
Orang yang memimpin musik dalam gereja bukan orang yang sembarangan, atau orang yang tidak memahami musik. Dengan demikian diperlukan orang yang terampil dan ahli dalam bidangnya. Seperti kenanya yang ahli dalan pengangkutan  maka dia dipilih sebagai kepala pengangkutan itu. Demikian juga pemain musik tidak dengan sembarangan, akan tetapi harus ahlinya.
Dari ketujuh poin itu, maka dapat disimpulkan bahwa musik yang dipahami Lutheran adalah musik yang diinginkan dan ditujukan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan, musik yang membutuhkan keahlian, pemahaman, dan tujuan tertingginya adalah menyampaikan Injil Kristus. Musik tidak hanya sekedar hasil atau maha karya seni yang tinggi. Pengajaran dunia mungkin saja membebaskan untuk menggunakan musik tanpa aturan, tetapi bagi gereja tidak.

Reflesksi Teologis / Saran / Kesimpulan / Aksi
Perkembangan musik di dalam kehidupan orang Kristen
Musik orang Kristen diperkirakan berawal dari musik sinagoge Yahudi, tetapi tehniknya diatur kemudian menurut kebiasaan Yunani. Memang lagu-lagu yang dipakai orang Kristen pada mulanya hanya berasal dari lagu-lagu Yahudi yang terdiri dari Psalm, akan tetapi selanjutnya bersatu dengan musik Yunani. Hal ini terjadi disebabkan banyaknya orang Yunani yang masuk Kristen, misalnya di Pilipi, Korintus, Galatia, dan Roma.
Berbicara tentang musik gerejani itu adalah suatu hal yang menyangkut kata-kata yang bernadakan firman Allah, atau yang bernadakan puji-pujian orang Kristen kepada Allah. Musik juga bernadakan khotbah penting, yang menyangkut pembangunan dalam umat Kristen saat ini. Musik orang Kristen terus berkembang yang akan melahirkan nilai-nilai baru. Musik itu seharusnya dikontekstualisasikan oleh umat Kristen di manapun berada, misalnya orang Kristen Batak seharusnya memanfaatkan alat-alat musik yang mereka miliki (seperti, garantung, gondang, tagading, odap, sarune, dan lain-lain)[8].
            Kehadiran musisi dalam penyembahan sangat diperlukan. Pada hari ketika Daud membawa tabut perjanjian Allah dan menaruhnya di tengah-tengah kemah, dia (Daud) menunjuk menteri-menteri bidang musik agar melayani di depan tabut itu. Para musisi harus memainkan musik, nyanyian syukur dan puji-pujian bagi Allah (I Tawarikh 16). Pada hari pertama saat penyembahan dari masa 33 tahun itu, setiap hari selama 24 jam, musik harus dimainkan oleh para musisi. Daud memberikan mazmur pertama ke tangan Asaf, salah satu pemain musik utama pada saat itu.
Memainkan musik secara benar adalah hal yang terpenting bagi para musisi, tetapi sering muncul pertikaian tentang alat-alat musik yang harus digunakan oleh musisi gereja. Para musisi harus mengevaluasi setiap alat musik yang dipergunakan dalam gereja.
            Seorang pemimpin musik adalah orang yang peduli terhadap jemaat. Ia (pemimpin musik) melihat bahwa keperluan orang banyak yang dilayani lebih penting dari keperluan diri sendiri. Mempedulikan jemaat itu berarti memberikan dorongan dengan penuh kasih supaya mereka mengikut pemimpin mereka mendaki gunung kehadiran Allah. Pemimpin musik tidak bekerja dengan tangan besi, tetapi dengan lembut mengarahkan umat kehadiran Allah.
            Pemimpin musik dan nyanyian harus memahami fungsi dari musik sebagai sarana untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Pemimpin musik adalah para pekerja yang propesional yang ekstra hati-hati. Mereka perlu kreatif dalam usahanya memimpin musik demi mendukung apa yang hendak disampaikan oleh musik itu sendiri. Mereka (para pemimpin musi) adalah para pekerja propesional yang tidak bekerja dengan asal-asalan.
Dalam hal ini musik memberikan sumbangan yang penting. Berbagai nyanyian dan musik yang sesuai dengan tema liturgi akan membantu umat dalam memasuki misteri iman yang diragukan. Misalnya sebuah musik pembukaan yang tepat dan baik akan membantu umat memasuki perayaan liturgi dengan bersemangat. Musik dalam pemahaman jemaat non-musisi adalah memberi semangat untuk beribadah, membawakan hidup penyembahan dan sarana menghayati Firman Tuhan[9].
Setiap anggota jemaat mempunyai respon terhadap musik yang dimainkan dalam suatu kebaktian (penyembahan). Pada saat-saat tertentu, mungkin ada yang bertepuk tangan mengikuti irama, mungkin ada yang mengangkat kedua tangannya, mungkin ada yang memejamkan kedua matanya dan juga ada yang memandang ke atas sambil mengikuti irama musik. Masing-masing (jemaat) mencoba mengekspresikan jiwanya kepada Tuhan di dalam musik dan nyanyian.
Musik adalah suatu kesukaan bagi Allah karena itu Dia (Allah) memberikan kemampuan bermain musik bagi umat-Nya. Walaupun manusia telah jatuh dalam dosa dan terpisah dengan Allah, namun Allah melihat suatu potensi dalam dirinya-dia (manusia) adalah gambar Allah. Allah memberikan kemampuan bagi manusia untuk berkreasi bagi kemuliaan nama-Nya. Dengan demikian musik sebagai kreasi manusia harus memuliakan Allah. Musik mempunyai dasar teologi yang dengan jelas ditemukan dalam Alkitab ataupun kehidupan orang percaya sejak dahulu. Musik telah menjadi patner bagi umat Allah yang percaya. Dengan demikian musik adalahkebutuhan yang utama (primer) bagi umat Kristen yang mau tidak mau sudah dan akan mempengaruhi kehidupan mereka (umt Kristen) pada zaman dulu dan pada masa sekarang ini.
Pertanyaan yang mendasar tentang musik adalah apakah tujuan dan kegunaan musik itu sendiri, khususnya musik gereja. Tujuan musik gereja suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan musik gereja untuk generasi selanjutnya. Tujuan mendasar dari musik adalah menyentuh berbagai dimensi dalam hidup manusia, khususnya dimensi spiritual. Tujuan musik ditetapkan berdasarkan bentuk dan isinya. Oleh karena itu Calvin M. Johanson membuat tiga kategori utama dari sekian banyak dari tujuan musik, yaitu[10]:
1.    Musik sebagai informasi tentang Firman Tuhan. Dalam musik ada syair-syair yang menginformasikan Firman Tuhan dan perkara-perkara besar serta keselamatan yang telah dikerjakan Tuhan
2.    Musik adalah persembahan bagi Tuhan. Musik itu adalah anugerah dari Allah oleh karena itu musik harus melayani dan dipersembahkan hanya bagi Tuhan
3.    Musik adalah sarana untuk memuji Tuhan. Musik hanyalah salah satu dari beberapa sarana yang dipergunakan untuk memuji kemuliaan Tuhan.
Salah satu tujuan utama dari musik gereja adalah untuk mengembalikan pujian kepada Allah. Musik harus bertumbuh dalan konsep yang baik dan objek dasarnya adalah Alkitab. Musik harus menghasilkan defenisi spiritual kehidupan di dalam Allah. Tidak dapat dipungkiri bahwa gereja berdiri adalah untuk keadilan, moral dan kekudusan, tetapi tujuan seperti ini adalah sulit di dalam prakteknya. Suatu cara yang efektif untuk mencapai tugas dari gereja adalah melalui musik, yaitu musik untuk keadilan, moral dan kekudusan. Umat Kristen harus percaya bahwa dalam musik (melodi, harmoni dan style) terdapat suatu konsep teologi.
Musik kekristenan adalah makanan rohani yang dengan sendirinya akan mempengaruhi pertumbuhan tubuh orang-orang kristen yang mendengarkannya. Allah menginginkan tubuh manusia selalu sehat oleh karena itu Ia (Allah) mempunyai vitamin-vitamin bagi kesehatan manusia. Ia menghendaki umat-Nya memakan “vitamin-vitamin rohani” seperti disiplin, ketulusan hati, tanggung jawab dan ketaat untuk menolong umat kristen bertumbuh makin kuat dan mengalami suatu kehidupan yang dipenuhi dengan kebahagiaan. Setiap orang perlu untuk memakan vitamin-vitamin mereka, namun kebanyakan dari umat kristen tidak dapat menelan vitamin-vitamin itu denga mudah. Suatu cara untuk mempermudah vitamin itu dapat ditelah dengan baik adalah dengan memcampurkannya dengan makanan yang enak, dalam hal ini adalah musik kristen. Allah menghendaki umat kristen untuk “berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyilah dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” (Efesus 5:19; Kolose 3:16). Gagasan makanan rohani ini bukan merupakan suatu gagasan yang baru. Makanan rohani ini telah disebutkan berulang kali di dalam Alkitab.
Dalam Perjanjian Baru ditemukan pengajaran-pengajaran tentang Air Hidup, Roti Hidup dan Susu Rohani bagi bayi, demikian juga makanan rohani bagi orang kristen dewasa. Musik kristen seharusnya menjadi satu bagian dari diet rohani setiap orang percaya. Musik kristen seharusnya menjadi stu bagian dari diet rohani setiap orang percaya. Musik kristen yang benar adalah firman Tuhan atau prinsip-prinsip Alkitabiah yang ditempatkan pada suatu lagu. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (II Timotius 3:16). Firman Allah adalah roti dan makanan rohani bagi roh orang kristen. Jadi tidak mungkinkah musik kristen dapat mempersiapkan hati pendengarnya untuk meneriakan perasaannya dan ketursterangan tanpa kompromi dari firman Tuhan. Itulah saat dimana musik Kristen itu menjadi makanan rohani. Hal seperti inilah yang dibicarakan oleh Efesus 5:19.
 Saat orang kristen membuat melodi dalam hatinya, mereka terbuka untuk memuji Dia (Kidung Puji-pujian), saling menguatkan hati (Mazmur), dan menjadikan suatu kesaksian (Nyanyian Rohani). Rasa yang manis dari musik Kristen yang baik yang disebutkan dalam Efesus 5:19 menyiapkan pendengarnya untuk memberi makanan terhadap jiwanya. Memainkan musik dan menyanyikan lagu-lagu rohani akan menolong umat kristen untuk melaksanakan firman Tuhan[11].
Sesungguhnya musik lebih banyak berperan dalam dimensi kerohanian atau keagamaan. Musik seharusnya mengangkat manusia kepada Allah, walaupun pada kenyataan sering musik disalahgunakan danmenjadi alat bagi kemuliaan iblis. Musik menyentuh perasaan dan menyentuh daya-daya dalam kehidupan jiwa manusia dan dapt mempengaruhi perasaan manusia menuju kebaikan atau kepada kejahatan. Misalnya saja dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh magis, penyembahan berhala, musik penyembahan arwah nenek moyang. Perkembangan kerohanian suatu bangsa dapat dilihat dengan musiknya, misalny: orang negro selalu merenungkan pengalaman kerohanian mereka dalam musi. Mereka (negro) menyampaikan keluh kesah, derita, kerinduan dan cinta kasih mereka kepada Tuhan dan pengharapan akan pertolongan yang diungkapkan melalui musik[12].
Dalam perkembangan musik gereja pada masa sekarang (abad 21), ditentukan suatu arah dan tujuan yang akan dicapai oleh musik. Saat ini ada pengelompokan dibidang musik, yaitu musik yang Vertikal dan musik Horizontal. Musik Vertikal: adalah musik yang digunakan untuk berkomunikasi dan memuliakan Allah. Musik Horizontal: adalah juga untuk kemuliaan Allah, melalui komunikasi dan penyampaian misi kepada sesama manusia. Musik Vertikal lebih banyak ditampilkan dalam kebaktian resmi gereja dan musik Horizontal di luar gereja atau dalam perkumpulan-perkumpulan tertentu. Di dalam kedua musik ini terdapat satu tujuan yang sama yaitu: Pelayanan, Kesaksian dan Persekutuan. Umat percaya harus memahami musik bukan hanya suatu yang indah atau hiburan belaka, tetapi juga memahami makna yang ada di dalam musik itu sendiri[13].
Pujian dengan musik ditengah jemaat adalah untuk menyatakan kemuliaan Tuhan dihadapan orang-orang yang tidak percaya. Sesungguhnya ada orang yang mengunjungi, memperhatikan dan mendengar ibadah-ibadah penyembahan umat Kristen dan mereka akan memberikan penilaian sendiri. Musik dan ibadah orang kristen sering menjadi sorotan orang lain. Mereka (non-kristen) mengambil kesan dari apa yang mereka lihat. Tidak jarang mereka memberikan respon tersendiri terhadap apa yang mereka lihat dan dengar. Dengan musik dan nyanyian dalam ibadah orang yang belum percaya telah mendengarkan kesaksian dari iman orang-orang percaya[14].
            Betapa pentingnya musik sebagai sarana untuk bersaksi/ misi terus berkembang dalam kehidupan orang-orang Kristen. Hal seperti ini disadari oleh gereja, sehingga mereka menyertakan musik dalam penginjilannya. Kesadaran tentang pentingnya musik sebagai misi tidak hanya milik gereja tetapi orang-orang yang peduli terhadap kekristenan. Misalnya, di California ada suatu wadah yang mempersiapkan para musisi Kristen untuk menjadi seorang penginjil. Menurut mereka para musisi juga harus diperlengkapi untuk menjadi seorang yang siap bersaksi atas kemuliaan Allah. Mereka (para musisi) lebih senang disebut sebagai “Duta Musik Allah”, karena mereka bukan hanya bernyanyi, tetapi mereka berkhotbah, mengajar dan bersaksi tentang kemuliaan Allah. Musik yang mereka kembangkan adalah musik kontemporer. Musik kristen kontemporer ini terutama ditujukan untuk kepentingan misi dan bukan untuk ibadah di dalam gereja.
Ada bermacam-macam jenis musik yang dicoba untuk dikembangkan melalui musik Kristen kontemporer mulai dari irama pop, jazz, klasik, R&B, rock, heavy metal, acappella, bahkan musik rap. Pengembangan ini dilakukan oleh karena setiap jenis musik mempunyai penggemarnya sendiri. Adapun misinya sendiri disampaikan melalui lirik lagunya. Baik tentang pemberitaan Injil keselamatan, persatuan di dalam keluarga, hubungan kasih antara orang tua dan anak, anti aborsi, bahayanya hubungan free sex dan free love, obat bius, minuman keras, kasus abuse, keindahan alam ciptaan Tuhan maupun lagu-lagu tantangan misi untuk mengabarkan Injil, menjadi orang tua asuh bagi anak-anak terlantar, penanggulangan bencana alam, peperangan, kelaparan, dll. Apa yang dahulu tidak bisa disampaikan melalui musi ibadah gereja, sekarang bisa disampaikan secara leluasa melalui musi kristen kontemporer[15].
            Musik dan puji-pujian sangat membantu terbentuknya persekutuan, karena musik sangat berhubungan dengan hati dan pikiran[16]. Melalui musik dan bernyanyi dengan sendirinya dapat mempersatukan sebuah kelompok di dalam hal pikiran, kegiatan dan sikap; sebab bilamana sebuah kelompok menyanyikan sebuah lagu bersama-sama, mereka semua mengucapkan perkataan yang sama dalam musik yang sama.
Musik dan nyanyian adalah sarana alami yang menjadi sarana yang lebih ampuh untuk mempersatukan, misalnya: apa yang terjadi apabila orang percaya dari berbagai dominasi, latar belakang datang berkumpul untuk suatu pertemuan. Mereka tidak dapat berbicara tentang doktrin karena itu akan menciptakan perbedaan-perbedaan, begitu juga dengan struktur dan pemerintahan gereja dan mungkin hanya sedikit yang dapat dilakukan tentang itu. Namun ada suatu hal yang dapat lebih mudah dilakukan secara bersama-sama, yaitu serempak memuliakan Allah dalam nyanyian yang dipadukan dengan musik. Semua orang percaya mempunyai kesamaan dalam hal ini: mereka mengasihi Tuhan Yesus Kristus dan dapat mengekspresikan iman mereka bersama-sama di dalam musik. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menikmati persekutuan antara orang-orang percaya diluar penyembahan bersama musik dan lagu (bnd. Maz. 86: 11)[17].
Pelayanan gereja artinya adalah meringankan beban dan menyembuhkan orang-orang yang lembah. Melalui musik gereja bisa memberikan pelayanan kesembuhan bagi jemaatnya, misalnya: musik dapat meringankan ketegangan syaraf dan memulihkan pikiran yang sedang lelah, itu sebabnya musik sering diperdengarkan oleh orang-orang yang mengadakan kunjungan pastoral ke rumah sakit. Musik juga dapat memberikan sukacita dan damai pada hati yang kecewa, itu sebabnya musik selalu dipakai dalam acara penghiburan terhadap korban suatu bencana[18].
Musik menjadi suatu sarana pelayanan kesembuhan. Dokter ahli dari Rumah Sakit Veteran di Lyons, New Jersey, memimpin sebuah proyek dalam terapi musik dan menemukan bahwa musik sangat manjur untuk menanggulangi ketegangan dan gangguan mental. Musik dapat menimbulkan rasa santai dan menenangkan orang-orang yang terganggu dalam pikiran dan cenderung suka melamun. Musik memberikan suatu keseimbangan dalam diri mereka.
            Musik adalah bahasa yang universal yang artinya musik tidak memandang usia, kaya atau miskin, namun setiap pribadi mempunyai selera musik yang berlainan. Misalnya, bisa saja musik anak-anak tidak disukai oleh orang muda atau orang tua, tetapi musik tetap akan melayani setiap pribadi. Musik adalah sarana yang paling tepat untuk pelayanan, karena musik bersentuhan dengan hati yang dipenuhi masalah dan pergumulan.

2.5. Peran Musik dalam Ibadah Kristen
            Seperti yang telah diungkapkan dalam pendahuluan, bahwa peran musik dilihat dari nilai kualitasnya bukan nilai kuantitasnya. Nilai kualitas yang dimaksud yaitu bahwa musik mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa seseorang yang melakukan pujian dalam mengekspresikan perasaannya. Hal ini dikarenakan adanya unsur-unsur dalam musik yaitu irama, melodi dan harmoninya. Setiap unsur-unsur tersebut sangat mempengaruhi perasaan seseorang yang mendengarnya, baik dalam situasi yang gembira maupun berkabung.
            Musik dalam ibadah adalah musik gerejawi yang memiliki pengaruh, terlebih lagi telah dipadukan dengan teks-teks nyanyian. Dalam ibadah, dua hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Musik yang dikombinasikan dengan nyanyian jemaat adalah suatu unsur yang penting di dalam ibadah[19]. Nyanyian ini memiliki suatu nilai yang lebih besar dibandingkan dengan puji-pujian yang hanya melalui kata-kata tanpa disertai musik. Akan tetapi, hal ini tidak menghilangkan akan arti daripada puji-pujian tersebut, yaitu sebagai respon atau jawaban terhadap karya penyelamatan yang telah dilakukan oleh Allah. Musik dan nyanyian ini sekaligus juga sebagai pemberitaan tentang perbuatan Allah yang sungguh besar di dalam kehidupan manusia, yaitu mengasihi manusia, membebaskan manusia dari dosa.
            Peranan musik yang lain adalah sebagai media komunikasi antara seseorang dengan Allah di samping hal berdoa. Hal ini tampak di dalam lagu puji-pujian yang ada, di mana dalam teks-teks nyanyian terdapat suatu ekspresi dari perasaan seseorang dan juga janji-janji Allah terhadap manusia. Media komunikasi ini juga berperan dalam mengkomunikasikan perbuatan Allah terhadap orang lain. Dengan demikian, seseorang yang bermusik dan bernyanyi tidak hanya melakukan suatu komunikasi pribadi, tetapi juga melakukan suatu hubungan atau komunikasi dengan sesamanya manusia.


3. Refleksi Teologis / Saran / Kesimpulan
1. Refleksi Teologis
Musik dalam peribadahan seperti yang tertera dalam Mazmur 150 adalah salah satu seruan yang sangat jelas untuk umat Kristen, bahwa musik sangat berhubungan dengan peribadahan. Tidak ada batasan dalam menentukan jenis musik yang digunakan. Yang jelas, alat musik yang dipakai adalah untuk memuji Tuhan.
2. Saran
Setelah penyaji membuat studi kasus khususnya di Gereja Marihat dan perbandingan dengan beberapa gereja yang lain, penyaji menyarankan bahwa musik yang digunakan haruslah menimbulkan respon yang kuat dari jemaat. Sehingga jemaat merasa bahwa musik sangat penting dalam beribadah kepada Tuhan.
3. Kesimpulan
1. Musik adalah Media Komunikasi untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan.
2. Musik dalam ibadah tidak boleh dipisahkan. Musik mempunyai peran yang penting dalam peribadahan.
3. Musik yang baik adalah musik yang direspon oleh jemaat dengan nyanyian yang baik juga. 

























[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hlm. 766.

[1] E. Nugroho (ed), Ensiklopedi Nasional Indonesia Vol. X, (Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), hlm. 301.

[1] E. Martasudjita, Pr., Pengantar Liturgi, (Yogyakarta : Kanisius, 1999), hlm. 135.

[1] Richard C. Resch, Music: Gift of God or Tool of The Devil, dalam: Logia - A Journal of Lutheran Theology, Vol. III, (Jerman : Eastertide, 1994), hlm. 33.

[1] A.A. Sitompul, Dipintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja 3, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), hal. 48.

[1] E. Martasudjita & J. Kristanto, Musik & Nyanyian Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 20

[1] Suara Pemenang, Musik Kristen Sebagai Makanan Rohani, n musik@hotmail.com

[1] Suara Pemenang, Musik Horisontal dan Vertikal, nmusik @hotmail.com

[1] Suara Pemenang, Musik Sebagai Alat Misi, nmusik@hotmail.com

[1] James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), hlm.102.












[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hlm. 766.
[2] E. Nugroho (ed), Ensiklopedi Nasional Indonesia Vol. X, (Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), hlm. 301.
[3] E. Martasudjita, Pr., Pengantar Liturgi, (Yogyakarta : Kanisius, 1999), hlm. 135.
[4] Willi Appel, Harver Dictionary of Music, (Cambridge: Harvard University Press, 1972), hlm.548.
[5] Ignas Bethan, “Music” dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid.10, (Jakarta: Cipta Abadi Pusaka, 1990), hlm.413-414.
[6] N. Hillyer, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), (Jakarta: YKBK-OMF, 1992), hlm. 409.
[7] Richard C. Resch, Music: Gift of God or Tool of The Devil, dalam: Logia - A Journal of Lutheran Theology, Vol. III, (Jerman : Eastertide, 1994), hlm. 33.
[8] A.A. Sitompul, Dipintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja 3, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), hal. 48.
[9] E. Martasudjita & J. Kristanto, Musik & Nyanyian Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 20
[10] Calvin M. Johanson, Op. Cit., hal. 13-15
[11] Suara Pemenang, Musik Kristen Sebagai Makanan Rohani, n musik@hotmail.Com
[12] Musik lebih berperan dalan kerohanian. Musik diperuntukkan untuk menjadi alat ekspresi untuk menyatakan cinta kasih kepada Tuhan dan untuk menyatakan cinta kasih kepada sesame manusia. Bnd. J. Verkuyl, Op. Cit., hal. 128
[13] Suara Pemenang, Musik Horisontal dan Vertikal, nmusik @hotmail.com
[14] Bob Sorge, Op.Cit., hal. 95
[15] Suara Pemenang, Musik Sebagai Alat Misi, nmusik@hotmail.com
[16] Mempersatukan jemaat diartikan sebagai keaktifan jemaat secara menyeluruh dalam peribadahan melalui musik dan nyanyian untuk membangkitkan ekspresi hatinya dalam kebaktian. Hal yang diutamakan dalam ibadah bukan hanya suara atau bunyi musik, tetapi suara kebersamaan. Diharapkan semua jemaat bernyanyi sesuai dengan irama lagu yang telah ditentukan. Disamping itu harus diingat bahwa jemaat bukan dating hanya untuk bernyanyi dengan sesuka hatinya, tetapi ada irama persekutuan yang harus diikuti. Bnd. A.A. Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja, (Pematangsiantar, 1993), hal. 103-104
[17] Bob Sorge, Op. Cit. hal. 91-92
[18] Lamar Boschman, Op. Cit. hal. 42
[19] James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), hlm.102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar