Kamis, 21 Oktober 2010

Sumber Ajaran Islam


1 Korintus 1 : 10 – 17
(Perpecahan dalam Jemaat)
I.        Langkah awal terhadap seluruh gaya sastra
1.      Sejarah Konteks secara umum
Konteks umum yang terjadi di jemaat Korintus adalah perpecahan jemaat yang terjadi di kota Korintus. Setelah Paulus menerima berita buruk mengenai  keadaan jemaat di Korintus, ia menulis surat untuk memperingatkan mereka tentang bahaya-bahaya percabulan.
Anggota-anggota rumah tangga Kloe juga membawa laporan jemaat Korintus terpecah dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Sehingga kewibawaan Paulus sebagai seorang Rasul ditantang. Laporan-laporan tersebut kemudian dibenarkan oleh Stefanus dan dua orang lainnya yang membawa surat dari Korintus, menanyakan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Surat ini adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Perpecahan itu terbagi atas empat kelompok yang berlainan. Beberapa orang menyatakan bahwa mereka berkiblat secara rohani kepada Libertin (Paulus), yang lain kepada Yunani Klasik (Apolos), yang lain kepada legalistik (Kefas), dan ada juga yang menyatakan dirinya berkiblat hanya kepada Kristus.
Namun perlu diteliti lagi secara lebih jelasnya bahwa jemaat di Korintus tidak terdapat empat kelompok, melainkan dua kelompok, yakni kaum Gnostik dan orang-orang Kristen, yang ingin tetap melekat kepada guru-guru mereka. Kaum Gnostik, yang ingin langsung melekat kepada Kristus, memandang mereka yang berhubungan secara tidak langsung, artinya, melalui guru-guru mereka, dan mencoba menguasai mereka. Karena alasan inilah maka Paulus mempertentangkan gambarannya sendiri terhadap sikap sombong yang telah muncul di Korintus ini serta berbicara tentang kelemahan, kerendahan hati, kelaparan dan kehausan. [1]
Selain itu juga yang nyata sangat dihargai oleh para anggota jemaat disana adalah kebebasan pribadi dan karunia rohani yang menyolok-nyolok. Mereka bangga atas pengetahuan mereka, ingin akan hikmat. Mungkin hasrat ini dipupuk oleh cara Apolos menuturkan azas-azas injili. Selaku peranakan Iskandaria, ia menjadi besar dalam suatu kota, dimana Ilmu Pengetahuan, khususnya filsafat dipelihara dengan baik. Kita juga bisa mengetahui bahwa lidahnya kurang fasih. Sampai kini masih ada anggota jemaat yang masih terpesona dengan kecakapan-kecakapan lahiriah itu.
Tidak memelihara persatuan, memegang kebebasan pribadi, hal-hal itu nyata juga dalam sikap orang terhadap makan daging yang sudah dipersembahkan  kepada dewata. Kebebasan ucapan dan kebebasan asasi itu tidak dapat disangkal oleh Paulus, tetapi dalam kebebasan itu mereka melupakan satu hal : persekutuan dengan teman-teman yang masih lemah, yang belum sampai kepada keyakinan yang pasti.[2]

2.      Perikop
Pada perikop yang saya bahas, dari 1 Korintus 1 : 10 – 17, saya membahas mengenai perpecahan jemaat. Karena perikop ini menyangkut persoalan atau masalah-masalah yang terjadi dalam jemaat di Korintus. Yang ditandai dengan adanya perbuatan - perbuatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu juga terjadinya pengelompokan yang membuat berbagai kelompok saling berdebat atau saling menyalahkan.
Dalam perikop ini, dijelaskan tentang semua perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan oleh jemaat di Korintus, dan hal itu sampai kepada Paulus sendiri. Perikop ini juga menerangkan semua aktivitas yang dilakukan oleh Paulus untuk memperbaiki keadaan di jemaat Korintus. Namun ternyata tidak mudah bagi Paulus untuk mengubah keadaan yang sudah terpecah-pecah dengan cepat dan singkat. Paulus juga tinggal diantara jemaat selama beberapa bulan yang penuh dengan kasih untuk berusaha memperbaiki keadaan disana.
Di dalam perikop ini juga Paulus menasihatkan jemaat di Korintus untuk selalu seia sekata dan jangan ada lagi perpecahan antar sesama. Kemudian Paulus juga menekankan bahwa ia diutus bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan kabar kesukaan, yakni Injil yang akan selalu menyertai seluruh umat manusia, supaya semua hal yang baik yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika dia wafat di kayu salib tidak menjadi sia-sia.

3. Kritik Nats
Ayat 10
σχισματα
Pada teks aslinya tidak mendapat codex pendukung.
1. Nestle memuat kata έχομεν, diganti, didukung oleh א B 0220
2. Tradisi lain memuat kata έχωμεν  didukung oleh א A B C D
3. Analisis : 1. א abad ke IV dari Mesir, B abad ke IV dari Mesir dan Minuskel 0220 dari Mesir.
Dilihat dari naskah yang mendukung adalah naskah yang terkenal dan berasal dari abad yang tua, maka kata έχομεν mendekati asli.
eχομεν : 1 pers. plural. pres.ind dari kata dasar ecw, arti: kami mempunyai
2. א abad ke IV dari Mesir B abad ke IV dari Mesir C  abad ke V dari Mesir D abad ke VI dari Barat.
Dilihat dari naskah yang mendukung, kata tersebut mendekati asli.
Έχωμεν :  pers.plural. pres. Subj dari kata ecw, arti : kami yang mempunyai
Kesimpulan : Saya menyimpulkan bahwa naskah yang asli adalah yang dimuat oleh Nestle Aland.
Ayat 11
       μου  :  C
       C  : Ephraemi Rescriptus abad ke V
Ø  Kata μου diusulkan oleh codex yang berasal dari Ephraemi Rescriptus dari versi Mesir.
Kata ini tidak mendapat dukungan dari kodeks atau tradisi manapun. Dari segi tata bahasa merupakan kata kerja Imperatif, orang ke-2 jamak dari kata dasar  yang berarti kamu sekalian berhutang. Dari jenis kata, lebih cocok untuk kelancaran kalimat tersebut, karena ini merupakan kalimat nasehat atau perintah.
א  2 : Kodeks Sinaitikus dari Abad IV. Dilihat dari tahun Nestle Aland, didukung oleh tradisi dari abad ke IV. Sehingga kata ini lebih mendekati teks asli. Akan tetapi tata bahasa yang dipakai kata ini tidak cocok dengan kata atau kalimat sebelumnya. Karena kata ΟΦειλητε merupakan kata benda.
א*: Kodeks Sinaitikus dari Abad IV. Dari tahun Nestle Aland didukung oleh tradisi abad ke IV, sehingga ini lebih mendekati teks asli. Tata bahasa, yaitu kata kerja partisip nominative jamak maskulin yang berarti orang-orang berhutang. Kata ini berarti orang-orang tersebut telah berhutang atau telah menjadi pelaku, padahal dalam kalimat-kalimat sebelumnya hendak mengatakan nasehat agar orang-orang jangan menjadi  orang-orang berhutang.
Kesimpulan: Saya memutuskan naskah yang asli adalah yang dimuat oleh Nestle Aland.

Ayat 13
       μεμερισται
Pada teks aslinya tidak mendapat codex pendukung.
Analisis : 1. א  abad ke IV dari Mesir, C abad ke V dari Mesir
 Dilihat dari naskah yang mendukung, yang berasal dari naskah yang terkenal dan usianya tua, maka kata τή πίστει mendekati asli.
τή πίστει : 1. Kata sifat, datif, singular. Kata dasar πιστoς yang berarti dia beriman.
2.   א  abad ke IV dari Mesir  A abad ke V dari Mesir
Dilihat dari naskah pendukung, juga berasal dari naskah yang terkenal dan tua.
εν τη πίστει : Kata keterangan, yang berarti di dalam imannya
3.   Kesimpulan : Saya menyimpulkan bahwa naskah yang asli adalah yang dimuat Nestle Aland

Ayat 14
       τω θεώ  : : א  C  D  F  G  Ψ  1881
       א  : Sinaiticus abad ke IV
       C : Ephraemi Rescriptus abad ke V
       D : Claromontanus abad ke VI
Ø  Kata τω θεώ diusulkan oleh codex Sinaiticus yang berasal dari versi Mesir, Alexandrinus dari versi Mesir, Ephraemi Rescriptus dari versi Mesir dan Claromontanus dari versi Barat.
Analisis : Kata τω θεώ  ternyata sangat penting untuk kata ganti yang sudah ada dalam Novum. Sebab τω θεώ   menjelaskan kata ganti yang dimaksud, sehingga τω θεώ  menjelaskan makna yang terkandung dalam kalimat tersebut.
Ayat 15
       έββαπτισθεσε  : א  A  B  C  6. 33. 81. 365. 630. 1175. 1739
       א  :  Sinaiticus abad ke IV
     A :  Alexandrinus abad ke V
B :  Vaticanus abad ke IV
Ø  Kata τισα diusulkan oleh codex Sinaiticus dari Versi Mesir dan Alexandrinus dari versi Mesir, Ephraemi Rescriptus juga diambil dari versi Mesir.
Ø  Analisis : Kata έββαπτισθεσε sangat banyak pengertiannya dalam teks ini. Jika saja teks membuat kata dasarnya saja, pengertian dalam kalimat tersebut belum jelas, karena dengan menambahkan kata dasar akan mengaburkan makna yang sesungguhnya.
Ayat 16
       Άλλον  : Ο   F  G  a  b  d
Ø  Tanda  Ο   diusulkan pada abad ke IX di Cambridge.
Analisis : Kata Άλλον  kata sifat yang menerangkan pengertian dasar dalam teks ini. Sehingga sisipan yang terdapat dalam kalimat ini sangat tepat untuk ditambahkan untuk mempertegas pemahaman kita tentang maknanya.
Ayat 17
       ισασθσι  : B  365
       B :  Vaticanus abad ke IV
Ø  Kata ισασθσι diusulkan oleh codex Vaticanus dari Roma.
λογον 
B :  Vaticanus abad ke IV

Analisis : dari kedua kalimat diatas mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam pengertiannya, sehingga setiap sisipan yang terdapat dalam setiap kata tersebut sangat mengharapkan penekanan yang benar akan maknanya. Sehingga dengan adanya sisipan tersebut, pemahaman kita akan artinya akan semakin jelas dan tidak lagi kabur.[3]

3.      Terjemahan
Ayat 10
Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan diantara kamu sekalian, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
Ayat 11
            Oleh sebab itu, saudara-saudaraku sekalian, aku telah diberitahu oleh keluarga Kloe bahwa ada perselisihan diantara kamu sekalian.
Ayat 12
            Yang aku maksudkan ialah bahwa kamu masing-masing berkata : Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
Ayat 13
            Kristus terbagi-bagi, apakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau apakah kamu dibabtis dalam nama Paulus?
Ayat 14
            Aku mengucap syukur kepada Allah bahwa tidak ada seorang pun yang aku babtis selain Krispus dan Gayus
Ayat 15
            Sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bahwa kamu dibabtis dalam nama Allah
Ayat 16
            Juga keluarga Stefanas aku yang membabtisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu apakah ada lagi orang lain yang aku babtis.
Ayat 17
            Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membabtis, tetapi memberitakan kabar baik, dan bukan berita tentang hikmat, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.

4.      Analisis Kata
ύμας  : Menasihatkan
Kata ύμας merupakan aorist partisip dari kata ύμον. Kata ini memberitahukan kepada para pembaca bahwa di dalam kata ini terdapat pengertian yang tersembunyi dari artinya, yakni mengenai pemberitahuan. Pemberitahuan yang dimaksud bukan secara pribadi tetapi secara menyeluruh. Kata ύμας ini juga sangat erat hubungannya dengan penekanan Paulus yang sangat benar untuk dilakukan.
Χριστος  : Kristus
Kata Χριστος merupakan penekanan dari seluruh kitab Perjanjian Baru. Semua mengarah kepada pembenaran dari seluruh perbuatan Allah yang Maha Kuasa. Kristus juga dilambangkan sebagai utusan dari Allah sendiri untuk menyatakan diriNya kepada umatNya, bahwa Dia selalu menyertai umatNya.
Χριστος merupakan kata yang selalu menekankan keajaibabn dari Allah sendiri, yang mempunyai makna teologis tersendiri yang sangat berbeda dari yang lainnya. Selain itu juga menekankan mengenai kata benda yang bersifat maskulin dan merupakan person juga bagi seluruh umat manusia.

Βαπτις  : Baptis
Kata ini merupakan kata kerja yang jumlahnya tunggal dan dilakukan oleh perseorangan. Paulus menggunakan kata ini untuk menjelaskan bahwa orang-orang yang dibabtis adalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan anakNya Tuhan Yesus Kristus.
5.      Latar Belakang Sejarah Budaya
Jika diperhatikan dari latar belakang surat yang dikirim oleh Paulus sendiri kepada jemaat di Korintus maka akan nampak bahwa tantangan yang dihadapi Paulus di Korintus adalah masuknya kebudayaan dan agama baru. Kebudayaan dan agama yangbaru tersebut ternyata mempengaruhi seluruh kehidupan jemaat di Korintus. Persoalan-persoalan yang lain juga dapat kita perhatikan dari masalah-masalah sosial, ekonomi, dan etika yang berlangsung setelah adanya pengelompokan. Pengelompokan tersebut membuat semua jemaat Korintus terpecah dan akhirnya menjadi saling membenarkan kelompok mereka sendiri. Hal inilah yang menjadi dasar perselisihan yang terjadi di Korintus. Jemaat di Korintus juga akhirnya menjadi terbagi menjadi beberapa bagian yang satui dengan yang lainnya tidak saling mendukung, tetapi malah menjadi saling menuding karena ajaran yanglain yang tidak dia ikuti dianggapnya tidak benar. Orang-orang Korintus juga mengalami banyak kesukaran dalam memahami perspektif semit, karena dibesarkan pada ajaran-ajaran yang menjadi bagian dari dunia Yunani. Itulah sebabnya masyarakat di Korintus sangat dualistis dengan ajaran yang dibawa oleh bangsa Yunani. pandanganYunani yang mempengaruhi orang-orang di Korintus lebih dualistis. Hal tersebut yang merupakan bagian dari akar penyebab perpecahan dalam komunitas Korintus. Ini memperkuat kecenderungan elistis-separatis yang mengakibatkan perpecahan berdasar pada kesetiaan kepada para pejabat yang berbeda, selibat melawan gaya hidup perkawinan dan lain sebagainya yang menyangkut cabul dan perbuatan yang sangat bertentangan dengan kehidupan sosial.[4] Secara sosial, jemaat mencakup wawasan yang luas. Kecenderungan orang Korintus berklik dan memisahkan diri dapat dihubungkan dengan latar belakang sejarah budaya. Golongan-golongan ini mengambil nama-nama dari guru yang bermacam-macam sebagai seruan perang. [5]
Latar belakang Yunani dan penyembahan berhala anggota jemaatnya, juga telah menjadikan mereka terpengaruh oleh gagasan bahwa materi bersifat jahat. Inilah, dan bukan pertimbangan Paulus yang praktis, yang menimbulkan persoalan apakah perkawinan diperbolehkan bagi orang kudus, karena aspek ragawinya secara khusus dicurigai. Beberapa sikap orang Korintus terhadap korban dalam rangka penyembahan berhala dan selamatan, barangkali juga dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang rasionalis. Beberapa orang menghirup skeptisisme, yang sampai sekarang diperkuat oleh kepercayaan Kristen, mengatakan bahwa berhala bukan apa-apa. [6]
II.      Kritik Sastra
1.      Ciri Khas Kitab
Kitab ini berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam Perjanjian Baru. Dalam memahami berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal, dimana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat.
Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus dan karunia rohani. Surat ini berisi pengajaran Perjanjian Baru yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang. Kitab ini juga memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja. Kitab ini juga menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang di dalam Kristus dengan sungguh-sungguh.[7]
2.      Sejarah Konteks
Sejarah konteks dalam perikop ini menunjukkan bahwa surat ini ditulis oleh pengarang karena kondisi yang kurang baik di jemaat Korintus. Paulus dengan kasih menuliskan surat yang berisi tentang nasihat dan pengharapan kepada jemaat di Korintus untuk tidak terlalu cemas dengan keadaan yang terjadi pada mereka.[8] Pada masa Paulus menulis surat ini, perhubungannya dengan Korintus adalah giat. Ia mendengar kabar-kabar tentang jemaat ini, dari orang-orang yang datang mengunjungi dia. Sehingga Paulus selalu memberi kabar penghiburan kepada jemaat di Korintus untuk tidak mengambil tindakan yang dapat membuat perpecahan. Dalam perikop ini juga menyinggung pemberian materiil, yang diterima oleh Paulus. Pemberian tersebut digunakan oleh Paulus untuk kebutuhannya dalam memberitakan Injil. Mungkin mereka juga adalah pembawa-pembawa surat.[9]
3.      Ruang Lingkup Kehidupan
Ruang lingkup penulis dengan penerima surat saling merespon, artinya dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus yang membawa kasih dan damai sejahtera pernah dikirim sebelumnya tetapi tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru dan naskahnya sudah hilang. Sebagaimana kita ketahui Paulus sendirilah yang mendirikan jemaat Kristen pertama di kota Korintus (Kis. 18 : 1-18). Dia meyakinkan baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang Yunani untuk percaya kepada Yesus dan suatu jemaat yang besar dibentuk disana. Pada waktu itu Paulus tinggal di Korintus lebih dari 18 bulan untuk mengajar dan membimbing jemaat yang baru itu. Kemudian Paulus tetap berhubungan dengan mereka melalui surat menyurat dan perkunjungan, sehingga terciptalah persekutuan yang akrab. Dengan demikian Paulus merasa bebas menyampaikan nasihat kepada jemaat di Korintus dengan terbuka.
Sekalipun guru berganti-ganti di Korintus, namun Paulus mempunyai hubungan khusus dengan jemaat di sana. Kasihnya yang mendalam terhadap mereka dicatat oleh tiap halaman dan melibatkan diri dalam pergumulan kesedihan, selama ia belum mempunyai kepastian akan reaksi mereka. Itulah sebabnya ia dengan sangat mencela mereka. Orang Korintus menajdi bukti kerasulannya. Mengenai hubungan Paulus dengan Korintus melalui surat dan perkunjungan ada hal-hal yang kurang jelas. Mengingat luasnya perbedaan pendapat mengenai hal ini, agaknya yang terbaik ialah mengumpulkan data-data yang penting. [10]

III.   Tafsiran
Jika kita membaca seluruh surat 1 Korintus, kita dapat melihat bagaimana setiap kelompok giat bekerja, dengan menyebarkan ide-ide dan penekanan-penekanan sendiri. Kaum Paulus, yang menyatakan diri mengikuti Paulus mengajak seluruh jemaat supaya jangan cemas terhadap terjadinya percabulan secara terang-terangan.
Pada abad kedua gabungan berbagai pandangan yang ekstrim ini menyebabkan terbentuknya suatu gerakan sesat yang dikenal sebagai Gnostitisme. Mungkin sekali benihnya dengan julukan sepeti Gnostik. Yang jelas, salah satu jemaatnya yang terbesar dilanda kekacauan oleh orang-orang fanatik yang bergerak dari empat jurusan yang berbeda.
Ini sangat bertentangan dengan berita yang disampaikan oleh Paulus. Ia telah memberitahukan orang-orang Galatia, iman kepada Kristus menciptakan persekutuan baru bagi semua orang Kristen berdasarkan persamaan dan kemerdekaan. Sesuatu yang telah dialaminya sendiri waktu pindah dari satu kota ke kota lainnya dengan menjalin persahabatan dengan orang-orang yang sangat berbeda, hanya karena mereka telah dipersatukan di dalam Kristus.
Kehidupan Kristen berdasar pada pesan perang salib. Pesan ini terdapat dalam Injil yang diwartakan Paulus, yang merupakan satu-satunya kebijaksanaan sejati. Hanya ada satu Injil dan hikmatnya haruslah mempersatukan, bukan malah memecah-belah. Penerimaannya ditandai dengan babtisan. Kenyataan adanya ketidakrukunan diantara orang-orang Kristus sekitar lambang persatuan menyingkapkan bahwa mereka kurang dewasa. Paulus tidak dapat acuh dan menghadapi perpecahan demikian karena mengancam dasar Injil yang ia wartakan. Ia menyesalkan perselisihan (1 Kor. 1 : 10-17).[11]

IV.   Refleksi Teologis
Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membabtis, tetapi untuk memberitakan Injil ; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. 
Dari ayat tersebut, maka refleksi teologis pada abad pertama adalah mengenai teologi pemanggilan atau pengutusan. Dan dihubungkan juga dengan Kesatuan Jemaat di dalam Kristus. Jika dilihat ke abad masa kini maka yang cocok dengan refleksi teologis pada zaman tersebut adalah perpecahan gereja karena masalah yang terjadi dalam jemaat tersebut. Seperti halnya terjadi pengelompokan dalam jemaat yang tujuannya saling menjatuhkan satu sama lain. Sehingga kebersamaan dalam gereja tersebut tidak ada lagi. Dengan kata lain gereja tersebut akan perlahan-lahan akan runtuh. Gambaran dalam jemaat ternyata sangat dihargai oleh para anggotanya ialah kebebasan pribadi dan karunia dan karunia rohani yang menyolok. Mereka bangga atas pengetahuan mereka dan ingin hikmat.
Jika kita perhatikan kembali pada masa sekarang yang semakin modern,maka perpecahan jemaat di Korintus kembali mengingatkan kita kepada peristiwa perpecahan di HKBP nabolon. Dimana terjadi krisis yang sangat memprihatinkan dan akhirnya membuat perpecahan dalam dua bagian besar. Dua pemimpin yang berbeda pendapat. Kemudian pecah dan akhirnya mendirikan gereja-gereja tersendiri, dan akhirnya muncul beberapa aliran dari satu gereja menjadi beberapa gereja yang terpisah dari HKBP.




V.      Skopus
Surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Korintus mempunyai tujuan yang sangat mendasar yakni :
a.       Paulus mendengar tentang keadaan yang tidak teratur dalam jemaat di Korintus, dan oleh sebab itu dia menghadapi masalah-masalah itu.
b.      Paulus sudah menerima surat dari jemaat di Korintus yang mengajukan beberapa pertanyaan, dan dia menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
c.       Paulus memberikan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.[12]























Daftar Pustaka
Marxsen, Willi,                                                Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta : BPK        
1999                                                       Gunung Mulia
Duyverman, M.E.,                                          Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru,     
   1999                                                       Jakarta : BPK Gunung Mulia
Drane John,                                                     Memahami Perjanjian Baru, Jakarta : BPK
2006                                                       Gunung mulia
……….                                                           Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
         2000                                                       Jakarta :  Lembaga Alkitab Indonesia
……….                                                           Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L,        2007                                                Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia
………,                                                           Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,
         2002                                                       Yogyakarta : Kanisius
Nestle Alan                                                     Novum Testamentum Grace, Germany :  
1993                                                       Deutsche Bibelgesellschaft











[1]  Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999, 79
[2]  Duyverman, M.E., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta : Gunung Mulia, 1999, 103-104
[3]  Nestle Aland, Novum Testamentum Grace, Germany : Deutsche Bibelgesellschaft, 1993, 441-442
[4]  Drane John, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta : BPK Gunung mulia, 2006, 350-351
[5]  Op. Cit, …………., 584
[6]  Op. Cit. ………….., 585
[7]  ……….Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta :  Lembaga Alkitab Indonesia, 2000, 1988
[8]   Ibid,  1989
[9]  Duyverman, Op. Cit,  105
[10]  ……….Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2007, 585
[11]  ………,Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta : Kanisius, 2002,  274-275
[12]  Op. Cit. Penuntun Alkitab, 1877

Tidak ada komentar:

Posting Komentar